PEMBATIK 2024
Senin, 09 November 2015
Materi IPA SD Kelas IV Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya
A. Akar
Akar merupakan bagian tumbuhan yang penting. Akar berada di dalam tanah. Fungsi atau kegunaan akar adalah sebagai berikut :
- Menancapkan tumbuhan ke dalam tanah
- Menyerap air dan mineral dari dalam tanah
- Sebagai tempat menyimpan makanan, misalnya pada tanaman wortel. lobak, dan ubi kayu.
Akar terdiri dari beberapa bagian yaitu :
- Rambut akar (bulu akar) berguna untuk menyerap air dan mineral dari dalam tanah
- Tudung akar, berguna untuk melindungi akar pada waktu menembus tanah.
Menurut bentuknya, akar dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut :
a. Akar serabut, yaitu akar dari tumbuhan yang bijinya berkeping
satu, misalnya akar kelapa, akar pepaya. Akar serabut berbentuk seperti
serabut. Semua bagian akar keluar dari pangkal batang. Ukuran bagian
pangkal dan ujung akar serabut hampir sama.
b. Akar Tunggang, yaitu akar dari tumbuhan yang bijinya berkeping
dua, misalnya akar kopi, mangga, dan asam. Akar tunggang mempunyai akar
pokok. Akar pokok itu bercabang-cabang sehingga menjadi akar-akar yang
lebih kecil. Namun demikian, tumbuhan berkeping dua yang ditanam dengan
cara dicangkok tidak mempunyai akar tunggang. Tumbuhan berkeping dua
yang dicangkok akan mempunyai akar serabut.
Ada beberapa tumbuhan yang mempunyai akar khusus. Akar itu
mempunyai sifat dan kegunaan khusus. Beberapa akar khusus adalah sebagai
berikut :
- Akar Gantung. Akar gantung tumbuh pada bagian tumbuhan yang berada di atas tanah. Akar itu kemudian menggantung di udara, misalnya akar gantung pada pohon beringin.
- Akar Pelekat. Akar pelekat tumbuh pada bagian batang. Akar tersebut berguna untuk menempelkan tumbuhan itu pada kayu, tembok, atau tumbuhan lain, misalnya akar pada tumbuhan sirih dan lada.
- Akar Tunjang. Akar tunjang tumbuh pada bagian bawah batang. Akar itu tumbuh ke segala arah, gunanya untuk menunjang agar batang tidak rebah, misalnya akar pada pohon pandan.
- Akar Napas. Akar napas merupakan cabang-cabang dari akar tumbuhan tersebut. Akar itu tumbuh ke atas sehingga muncul di permukaan tanah atau air. Akar napas berguna untuk keluar masuknya udara ke dalam tumbuhan, misalnya akar pohon bakau.
B. Batang
Batang merupakan bagian tumbuhan yang berada di atas tanah. Batang mempunyai kegunaan yaitu :
- Sebagai tempat tumbuh daun, bunga, dan buah
- Sebagai pengangkut air dan mineral dari akar ke daun
- Sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya ketela rambat dan sagu.
Ada tiga jenis batang yaitu :
- Batang basah, yaitu batang tumbuhan yang lunak dan berair, misalnya batang tanaman bayam.
- Batang berkayu, yaitu batang tumbuhan yang terdiri dari kayu, misalnya batang pohon mangga.
- Batang rumput, yaitu batang tumbuhan yang beruas-ruas dan berongga, misalnya batang padi dan rumput.
C. Daun
Daun adalah bagian tumbuhan yang tumbuh pada batang. Daun pada
umumnya berwarna hijau. Ada daun yang berwarna hijau muda, ada yang
berwarna hijau tua. Ada pula daun yang tidak berwarna hijau, misalnya
daun pada tanaman puring.
Fungsu atau kegunaan daun adalah sebagai berikut:
- Untuk melakukan pernapasan
- Sebagai tempat pembuatan makanan
- Tempat terjadinya penguapan
Bentuk daun berdasarkan susunan tulang daunnya ada 4 (empat) macam, sebagai berikut :
- Bertulang menyirip, bentuknya seperti susunan sirip ikan. Contoh daun mangga, jambu, dan nangka.
- Bertulang menjari, bentuknya seperti jari-jari tangan. Contoh daun pepaya, daun singkong, dan daun kapas.
- Bertulang melengkung, bentuknya berupa garis-garis melengkung, contoh daun genjer.
- Bertulang sejajar, bentuknya berupa garis-garis sejajar, contoh daun padi dan daun jagung.
Jenis daun berdasarkan jumlah helai daun pada tangkai daun ada dua, sebagai berikut :
- Daun Tunggal. Bila pada sebatang tangkai daun hanya terdapat satu helai daun, misalnya daun singkong, daun pepaya, dan daun pisang.
- Daun Mejamuk. Bila pada sebatang tangkai daun terdapat beberpaa helai daun, misalnya daun belimbing, daun asam, dan daun mawar.
D. Bunga
Bunga pada tumbuhan berbagai macam bentuk dan warnanya. Ada bunga
yang berwarna putih, kuning, merah, dan ungu. Fungsi atau kegunaan
bunga adalah sebagai alat berkembang biak. Bunga dapat dibedakan
menjadi dua, sebagai berikut :
a. Bunga tidak sempurna. Bunga yang hanya mempunyai benang sari
saja atau putik saja. Bunga yang hanya mempunyai benang sari saja
disebut bunga jantan. Bunga hanya mempunyai putik saja disebut bunga betina.
b. Bunga sempurna. Bunga yang mempunyai benang sari dan putik. Bunga sempurna terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
- Tangkai bunga, yaitu bagian yang menghubungkan antara batang dengan bunga.
- Kelopak bunga, yaitu bagian yang gunanya untuk melindungi ketika bunga masih kuncup. Kelopak bunga berwarna hijau, bentuknya menyerupai daun. Kelopak bunga akan membelah bila bunga mekar.
- Mahkota bunga, yaitu bagian bunga yang indah. Mahkota biasanya bentuknya menarik dan berwarna-warni. Mahkota bunga berguna untuk menarik perhatian serangga.
- Benang sari, yaitu alat kelamin jantan bunga, berguna sebagai alat perkembangbiakan.
- Putik, yaitu alat kelamin betina bunga. Berguna sebagai alat perkembang biakan
SUMBER 2
Bab II Susunan dan Fungsi Bagian-bagian Tumbuhan
Bagian tubuh tumbuhan memiliki bagian akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
1. Akar
Akar mempunyai susunan dari luar ke dalam yaitu kulit luar
(epidermis), kulit pertama (korteks), dan silinder pusat. Bagian-bagian
akar terdiri dari tudung akar, ujung akar, batang akar, cabang akar dan
pangkal akar.
Fungsi akar bagi tumbuhan adalah :
a. untuk menguatkan berdirinya batang,
b.menyerap air dan garam mineral,
c.membantu penyerapan oksigen di udara pada tumbuhan tembakau, dan
d. menyimpan cadangan makanan misalnya pada tumbuhan umbi-umbian.
Berdasarkan bentuknya, terdapat dua jenis akar, yaitu akar serabut
dan akar tunggang. Akar serabut biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis
monokotil (biji berkeping tunggal). Misalnya, padi, jagung, dan kelapa.
Adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis dikotil (biji
berkeping dua). Misalnya, mangga, jambu, jeruk, dan kacang-kacangan.
2. Batang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang ada di atas tanah, serta tempat melekatnya daun, bunga dan buah.
Fungsi batang yaitu :
a. untuk penyokong tubuh tumbuhan,
b. mengangkut zat makanan ke seluruh tubuh tumbuhan,
c. mengangkut air dan mineral dari akar ke daun, serta zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh.
3. Daun
Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut klorofil. Daun
dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Berdasarkan susunannya,
tulang daun ada yang menyirip (mangga dan jambu), menjari (singkong),
dan sejajar (jagung. tebu, padi, dan alang-alang).
Fungsi daun yaitu :
a. untuk fotosintesis, penguapan air,
b. pengeluaran air berupa tetesan, dan
c. alat pernapasan tumbuhan.
4. Bunga
Bunga merupakan alat perkembangbiakan secara kawin pada tumbuhan.
Bagian-bagian bunga meliputi tangkai, mahkota, kelopak, benang sari dan
putik. Benang sari berfungsi sebagai alat kelamin jantan dan putik
berfungsi sebagai alat kelamin betina. Berikut bagian-bagian bunga :
a. Tangkai bunga merupakan bagian yang berada pada bagian bawah
bunga. Tangkai ini berperan sebagai penopang bunga dan sebagai
penyambung antara bunga dan batang atau ranting.
b. Kelopak bunga, merupakan bagian bunga yang paling luar. Kelopak
biasanya berwarna hijau seperti daun atau berwarna warni seperti
mahkota.
c. Mahkota bunga, terletak di sebelah dalam kelopak dan biasanya
mempunyai warna yang beraneka ragam. Mahkota bunga berguna untuk menarik
serangga lain untuk datang membantu penyerbukan.
d. Benang sari, merupakan alat kelamin jantan yang terdiri dari
tangkai sari dan kepala sari. Benang sari biasanya terletak di
tengah-tengah mahkota bunga.
e. Putik, merupakan alat kelamin betina. Pada dasar putik terdapat bagian yang akan menjadi buah dan biji.
- Berdasarkan bagian-bagian yang dimiliki bunga dibedakan menjadi:
– bunga lengkap yaitu bunga yang memiliki kelopak bunga, mahkota bunga, putik, dan benang sari
– bunga tak lengkap yaitu bunga yang tidak memiliki salah satu bagian kelopak bunga, mahkota bunga, putik, atau benang sari
– bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki benang sari dan putik
– bunga tak sempurna yaitu bunga yang hanya memiliki putik atau benang sari saja.
5. Buah dan Biji
Buah ada yang berdaging, contohnya buah mangga dan buah apel. Buah
terdiri atas daging buah dan biji. Biji merupakan hasil dari pembuahan
yang terjadi akibat penyerbukan antara serbuk sari dan putik. Biji itu
berkeping. Biji ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji
berkeping satu disebut monokotiL
Minggu, 08 November 2015
LUAS GABUNGAN BANGUN DATAR
Gabungan bangun datar terbentuk dari dua atau lebih bangun-bangun datar
sederhana yang digabungkan menjadi satu bangun. Untuk menghitung luas
gabungan bangun datar tersebut yaitu dengan menjumlahkan luas
bangun-bangun sederhana yang membentuknya.
Sebelum kita mempelajari tentang menghitung luas gabungan bangun datar,
marilah kita mengingat kembali rumus luas beberapa bangun datar :
Dengan mengingat kembali rumus-rumus luas bangun datar maka kita dengan
mudah menghitung luas gabungan bangun datar. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
- Membagi gabungan bangun datar menjadi bangun-bangun datar sederhana yang menyusun gabungan bangun datar tersebut.
- Menghitung luas tiap-tiap bagian atau tiap bangun datar tersebut.
- Menjumlahkan luas tiap-tiap bangun datar yang menyusun gabungan bangun datar tersebut.
Contoh 1.
Perhatikan gambar gabungan bangun datar dibawah ini :
Untuk menghitung luas gabungan bangun di samping adalah sebagai berikut :
1. Membagi menjadi dua bangun yaitu : segitiga dan trapesium
2. Menghitung luas tiap-tiap bangun :
a. Segitiga dengan rumus luas = 1 X a X t
2
= 1 X 20cm X 20cm
2
= 200 cm2
b. Trapesium dengan rumus luas = (a + b ) X t
2
= ( 25cm + 20cm ) X 12cm
2
= 45cm X 12cm
2
= 270 cm2
3. Menjumlahkan tiap-tiap bangun datar yaitu :
a. Luas segitiga + luas trapesium = 200 cm2 + 270 cm2 = 470 cm2
Contoh 2
Perhatikan gambar gabungan gambar di bawah ini :1. Bangun gabungan disamping terdiri dari dua buah bangun datar yaitu :
a. Luas 1 lingkaran dengan diameter 14cm = (phi X r X r) X 1
2 2
= ( 22 X 7cm X 7cm) X 1
7 2
= 154cm2 X 1
2
= 77cm2
b. Persegi panjang dengan ukuran panjang 22cm dan lebar 6cm
Luas persegi panjang = panjang X lebar
= 22cm X 6cm
= 132 cm2
2. Luas gabungan bangun tersebut adalah luas jumlah setengah lingkaran (a) + luas persegi panjang (b).
a. Luas 1 lingkaran = 77cm2
2
b. Luas persegi panjang = 132 cm2 +
Luas gabungan = 209 cm2
Rumus Bangun Datar
1. Rumus Persegi
Luas = s x s = s² ( Luas = ½ x diagonal (d)1 x diagonal (d)2)
Dengan s = panjang sisi persegi
2. Rumus Persegi Panjang
Luas = p x l
Dengan p = panjang persegi panjang, dan l = lebar persegi panjang
3. Rumus Segitiga
Luas = ½ x a x t
Dengan a = panjang alas segitiga, dan t = tinggi segitiga
4. Rumus Jajar Genjang
Luas = a x t
Dengan a = panjang alas jajargenjang, dan t = tinggi jajargenjang
5. Rumus Trapesium
Luas = ½ x (a + b) x t
Dengan a dan b = sisi-sisi sejajar pada trapesium, dan t = tinggi trapesium
6. Rumus Layang-layang
Luas = ½ x diagonal (d)1 x diagonal (d)2
7. Rumus Belah Ketupat
Luas = ½ x diagonal (d)1 x diagonal (d)2
8. Rumus Lingkaran
Luas = π (pi) x jari-jari (r)² = πr²
Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, persegi panjang,
segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan
lingkaran.
Setelah anda mengetahui rumus luas masing-masing bangun datar, selanjutnya adalah langkah-langkah pengerjaan soal gabungan/irisan bangun datar. Langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut :
- Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.
- Persegi, yaitu persegi panjang yang semua sisinya sama panjang.
- Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris.. macam macamnya: segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang
- Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang dan sejajar.
- Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.
- Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.
- Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
- Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari.
Setelah anda mengetahui rumus luas masing-masing bangun datar, selanjutnya adalah langkah-langkah pengerjaan soal gabungan/irisan bangun datar. Langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut :
- Pertama, ketahui terlebih dahulu bangun apa saja yang membentuk gabungan/irisan bangun datar tersebut. Dari rumus bangun datar yang ada di atas kemungkinan luas gabungan dapat dapat dibentuk dari variasi bangun datar di atas.
- Kedua, memisahkan gabungan bangun datar tersebut menjadi bagian yang berdiri sendiri (terpisah) untuk mempermudah mencari luas masing-masing bangun datar.
- Ketiga, mencari ukuran masing-masing unsur bangun datar (panjang, lebar, tinggi, sisi sejajar, jari-jari, alas, diagonal dan sebagainya. Biasanya salah satu unsur dalam bangun datar tersebut disembunyikan atau tersembunyi. Tersembunyi disini maksudnya ukuran tersebut tidak ditulis namun harus dicari dengan memperhatikan ukuran yang sudah ada. Biasanya ukuran tersebut menggunakan tanda (//, =, atau !!) yang menunjukan bahwa ukuran pada bagian yang bertanda tersebut adalah sama panjang.
- Keempat, setelah ketiga langkah tersebut dilaksanakan baru mencari luas masing-masing bangun datar dan menjumlahkan atau mengurangkan luas bangun datar seperti yang diminta dalam soal.
No | Gambar | Pembahasan |
1. | Perhatikan gambar di samping. Setelah dipisahkan gambar tersebut terdiri dari segitiga dan trapesium. Unsur-unsur segitiga :
= ½ x 6 x 8 = 24 cm² Unsur-unsur trapesium :
= ½ (6 + 15) x 8 = ½ x 21 x 8 = 10,5 x 8 = 84 cm² Luas gabungan = 24cm² + 84 cm² = 108 cm² | |
2. | Perhatikan gambar di samping. Setelah dipisahkan gambar tersebut terdiri dari 1 persegipanjang, 2 trapesium, dan satu segitiga. Unsur-unsur segitiga :
= ½ x 8 x 10 = 40 cm² Unsur-unsur trapesium (2 buah) :
= ½ (6 + 14) x 10 = ½ x 20 x 10 = 10 x 10 = 100 cm² x 2 = 200 cm² Unsur-unsur persegipanjang : Lebar = 8 cm Panjang = 8 + 14 = 22 cm Luas = p x l = 22 x 8 = 176 cm² Luas gabungan = 40 cm² + 200 cm² +176 cm² = 416 cm² | |
3. | Setelah dipisahkan gambar tersebut terdiri dari persegipanjang, dan trapesium. Unsur-unsur persegi panjang :
= 24 x 16 = 288 cm² Unsur-unsur trapesium :
= ½ (a +b) x tinggi = ½ (12 + 24) x 16 = ½ x 36 x 16 = 18 x 16 = 288 cm² Luas gabungan = 288 cm²+288 cm²= 576cm² | |
4. | Gambar tersebut terdiri dari 2 buah ½lingkaran, dan layang-layang Unsur-unsur layang-layang :
= ½ x 10 x 12= 60 cm² Dua buah Bangun ½ lingkaran digabungkan menjadi sebuah lingkaran Unsur-unsur lingkaran :
= 3,14 x 5² = 3,14 x 25 = 78,5 cm² Luas gabungan = 60 cm²+78,5 cm²= 138,5cm² |
Selasa, 03 November 2015
DIPAKSA MENIKAHI PEREMPUAN CANTIK
Seminggu lagi, aku akan menikah, tetapi hari ini aku masih di sini, kota besar, sendiri memikirkan nasib. Tidak ada uang, tidak ada mobil, tidak ada pekerjaan, tidak ada apa-apa selain, handphone murah, dan oh... handphoneku ini juga tak ada pulsanya.
Sewa kontrakan pun belum aku bayar, tetapi aku akan menikah seminggu lagi. Acaranya sederhana, menikah dengan gadis kampung sebelah, di rumah keluarga gadis itu, dan aku juga tidak kenal siapa gadis itu. Orang tuaku yang mengaturnya, dan aku masih berpikir, mengapa orang tua gadis itu mau menikahkan anaknya dengan seorang laki-laki seperti aku.
Aku lelaki yang apabila ditanya apa kerjanya, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab. Aku memang bekerja, tetapi hanya kerja sambilan di hotel, membantu kawan-kawan yang berjualan online di internet, dan sesekali mengikuti seminar MLM. Kebanyakan waktu dihabiskan duduk-duduk di kontrakan, menatap surat kabar untuk mencari kerja.
Lalu, atas atas dasar apa ayah dan ibu gadis itu, mau menikahkan anaknya denganku, dan hantaran kawinnya, cuma senaskah Al Quran, dan mas kawin cuma Rp250.000. Lebih mengherankan, semua biaya acara ditanggung oleh keluarga si gadis.
Kenapa? Aku semakin tidak mengerti, kok mau orang tua gadis itu, mengawinkan aku dengan anak perempuannya yang cantik, yang berkerudung rapi. Ya, aku sudah melihat fotonya, dan karena kecantikannya, aku walaupun dengan semua keheranan itu, setuju juga dengan pernikahan yang diatur oleh keluarga ini. Ditambah, perempuan itu lulusan universitas luar negeri, berkerja sebagai pegawai negeri yang gajinya, cukup untuk membayar angsuran mobil BMW.
Pada mulanya, aku pikir aku ibarat tikus yang jatuh ke dalam gudang beras, tapi ketika acara semakin dekat, aku mulai berpikir, mungkin ada yang disembunyikan oleh keluarga si gadis. Apakah foto yang diberi sama dengan wajah asli perempuan itu? Apakah perempuan itu sebenarnya janda? Atau yang paling menakutkan, jangan-jangan perempuan itu sedang mengandung anak orang lain, dan aku menjadi 'ayah' untuk anak itu.
Dari sinilah kisahku dimulai.
***
Tengah hari itu aku nekat pulang ke kampung halaman. Aku nekat, mencari tahu latar belakang calon istriku, dan mengapa ibu bapaknya, mau melepaskan anaknya kepada laki-laki seperti aku. Cuma, aku tidak tahu bagaimana cara untuk mencari tahu. Selama di dalam bus, aku beruntung duduk di sebelah seorang laki-laki yang ramah.
Kepada laki-laki itu aku bertanya, “Bagaimana cara cari tahu latar belakang calon istri kita?”
“Mudah kok. Kalau dia ada FB, buka FB dia, atau cari saja nama lengkapnya di internet. Nanti ada lah informasi tentang dia. Kalau susah, pergi tempat kerjanya, tanya kawan-kawannya, atau tanya saudara-saudaranya.”
Untuk mencari tahu tentang calonku itu di internet, nama lengkapya saja aku tidak tahu. Aku cuma diberitahu, namanya Sarimah. Berapa banyak orang punya nama Sarimah di internet? Banyak! Lalu aku ambil nasihat kedua dari laki-laki itu, tanya rekan-rekan sekerjanya, dan mujur aku tahu gadis itu bekerja di kantor Bappenas.
Sampai di kampung, aku pinjam motor ayah, lalu pergi ke kantor Bappenas. Aku tidak tahu apa jabatannya, tetapi kantor sebesar itu, pasti banyak orang yang namanya sama. Tetapi agak tidak logis juga kalau aku langsung masuk ke kantor dan bertanya tentang calon istriku. Lalu akhirnya aku ambil keputusan menunggu dan memperhatikan di seberang jalan.
Aku pikir, mungkin pada waktu makan tengah hari, Sarimah dan kawan-kawannya akan keluar, dan apabila sudah ingat wajah kawan-kawannya, setelah pulang nanti boleh lah saya tanya tentang Sarimah. Itulah rencanaku, rencana yang diatur dengan baik. Lalu aku pun duduk di atas motor menghadap kantor Bappenas yang cuma satu beberapa meter di depanku.
Kemudian datang pula rasa menyesal, sebab pada jam 11 pagi, cuaca sudah terik. Di situ belum ada pohon yang rindang, karena semuanya baru saja dipangkas dahannya. Sudah panas terik, satpam di luar kantor mulai memperhatikanku. Bukan Cuma satpam, malah orang yang lalu lalang di situ turut memperhatikan.
Aku lupa, jam kantor seperti itu, segala perbuatan yang tidak biasa akan jadi perhatian. Perbuatanku, yang duduk di depan kantor bukan perkara biasa. Nampak terlalu aneh.
Akhirnya, aku semakin menyesal karena dari jauh aku lihat seorang perempuan keluar dari kantor. Semakin dekat perempuan itu, semakin aku berdebar. Wajahnya semakin jelas, dengan kerudung kuning muda, dan baju kurung biru muda. Dia adalah calon istriku, yang Cuma aku kenal namanya. Sarimah. Hanya itu.
Aku sempat berpikir untuk menghidupkan motor dan kemudian pergi dari situ. Tetapi semuanya sudah terlambat, kemudian Sarimah berkata, “Kamu Salman?”
Aku memberikan senyuman yang paling terpaksa pernah aku buat. Lebih terpaksa daripada senyum terpaksa apabila bertemu dengan guru semasa sekolah dahulu.
“Ya, saya. Kok kamu bisa tahu?”
“Kawan di kantor yang beritahu, katanya ada laki-laki di sebearang jalan. Mereka menggodaku, katanya mungkin aku kenal, dan aku pikir wajahmu sama dengan foto yang ditunjukkan oleh ibu.”
Satu kantor pun tahun aku menunggu disini?! Duh! Payah betul caraku mencari informasi ini. Kemudian aku memerhatikan wajah Sarimah, dan ternyata wajah aslinya jauh lebih cantik daripada wajah di foto. Mungkin karena itu pass foto. Orangtuanya pun hanya memberikan satu foto. Entahlah, ibu dan ayahku pun mungkin memberikan pass fotoku. Ketika itu juga aku merasa jantungku berdebar, karena saat mengambil foto itu, aku baru saja bangun tidur.
Aku perhatikan pula perutnya, tetapi tidak nampak ada tanda-tanda perempuan mengandung. Saat aku memperhatikan, terasa tangannya menyilang menutupi perutnya, dan aku malu karena ketahuan memperhatikan perutnya. Pasti dia sadar kalau aku memperhatikan perutnya, entah apa yang dia pikirkan sekarang.
Aku rasa, Sarimah ini adalah perempuan yang berani. Berani untuk keluar berjumpa denganku. Kalau perempuan lain, tentu mereka tidak berani. Barulah aku sadar, inilah pertemuan pertamaku dengan calon istri aku. Pertemuan dalam keadaan yang agak aneh.
Selepas pertanyaan itu, kami terdiam. Kami hanya berdiri di tepi jalan raya, sambil memandang ke arah yang sebenarnya agak aneh untuk dipandang. Aku memandang ke ujung jalan, dan Sarimah memandang ke arah motor ayahku.
Aku tahu, ini keadaan yang tidak betul dan aku sebagai laki-laki perlu menunjukkan contoh yang baik kepada calon istriku. Jadi, selepas puas berpikir dan memberanikan diri, aku berkata, “Sudah makan?”
“Saya sedang diet.”
Nasib baik bagiku dia bilang sedang diet. Bagaimana kalau dia bilang, ayo kita makan, aku akan sangat jahat sekali, karena di dalam dompetku cuma ada uang dua puluh ribu rupiah. Mana cukup. Setelah itu, keadaan kembali sepi.
“Aku mau kembali ke kantor,” kata Sarimah sopan dan membuatku lega.
“Aku juga mau pulang,” balasku, dan ternyata, rasa legaku tidak berlangsung lama.
“Malam ini datanglah ke rumah.”
“Datang ke rumahmu?”
“Iya, makan malam dengan keluargaku.”
Aku terdiam. Berdebar-debar.
“Jemputlah sekalian ayah dan ibumu kalau mereka tidak ada halangan.”
“Baiklah, selepas maghrib insya Allah aku sampai.”
***
Sepanjang perjalanan pulang, aku merasa tidak puas hati dengan diriku. Mengapa aku tiba-tiba menjadi kaku? Seharusnya, pada waktu itulah aku banyak bertanya dan mencari tahu kenapa dia dan keluarganya memilih aku.
Cuma malam ini aku merasa sedikit bingung. Alamat rumah Sarimah, aku bisa tanya ayahku, tapi mungkinkah aku patut bawa ayah dan ibuku sekaligus? Tidak.. Tidak.... Bukannya aku tidak mau, biasanya kalau ada ibu, habis semua rahasia anaknya dia ceritakan. Beliau senang sekali menceritakan rahasia anaknya.
Lagipula aku ada banyak rahasia yang tidak patut Sarimah dan orangtuanya tahu. Rahasia yang paling aku takuti dibocorkan oleh ibu adalah hampir setiap bulan aku masih meminta uang kepada ibuku. Memang memalukan, tetapi untuk pergi seorang diri, aku juga tidak berani.
Akhirnya, aku punya ide paling bagus. Aku melajukan motor ayah langsung ke rumah kawan lamaku, Rudy. Bukan sekedar kawan lama, tetapi juga sahabat karib. Aku yakin dia ada di rumah, karena dia juga senasib denganku, belum ada pekerjaan tetap. Bedanya, dia bertarung hidup di kampung, dan aku bertarung hidup di kota.
Sesampainya di rumah Rudy, aku lihat Rudy sedang duduk di tangga sambil bermain gitar. Itulah kemampuan Rudy yang sangat aku cemburui. Aku tidak pandai bermain gitar, bahkan tak tahu caranya.... oh... ada lagi rupanya kemahiran Rudy yang tidak aku miliki. Rudy pandai menggoda gadis dengan bermain gitar, dan Rudy sangat berani berhadapan dengan perempuan, tidak seperti aku. Itulah akibatnya, aku tidak punya keyakinan apabila berhadapan dengan perempuan.
“Lama banget kau gak muncul,” kata Rudy saat aku duduk di sebelahnya.
“Masa lama sih. Baru juga dua bulan lebih.”
“Lama itu.”
Aku diam, dan coba mendengarkan petikan gitar lagu rock terkenal, 'Suci Dalam Debu'. Aku coba menyusun kata untuk mengajaknya menemaniku malam ini, tetapi belum ada kata yang bagus.
“Aku dengar seminggu lagi kau mau nikah. Kok gak ngundang?” kata Rudy, dan itu secara tidak langsung memberikanku jalan untuk melaksanakan rencanaku.
“Ini acara pihak perempuan, jadi mereka cuma ngundang kerabat perempuan aja.”
“Kerabatmu gimana?”
Aku diam, karena aku tidak tahu bagaimana menyampaikannya. Sebab dengan keuanganku sekarang, hidang mie goreng kepada tamupun aku tidak mampu.
“Lihat nanti saja lah. Kalau nanti kau sampai ke rumah ku, kau pergi dulu saja.”
Rudy semakin mengencangkan petikan gitarnya. Kini lagu Adele pula, 'Someone like you'. Entah mengapa, lagu yang temanya kecewa saja yang dia mainkan saat ini.
“Dia cantik gak?” Rudy memandang dengan senyuman penuh berharap.
“Cantik.”
“Gimana bisa kenal dia?” Senyuman Rudy kini semakin tinggi harapannya. Harapan jenis apa aku tidak tahu. Mungkin harapan untuk melihat aku bahagia. Walaupun aku merasa seperti Rudy pasti berpikir tidak logis aku mendapatkan gadis cantik.
“Ayah dan ibuku yang menjodohkan. Aku terima saja.”
“Kau belum pernah ketemu dia?”
“Baru tadi.”
“Memang dia cantik?”
“Memang cantik.”
Rudy kini memperlihatkan wajah orang yang sedang gusar dan berpikir panjang.
“Apa pekerjaannya?”
“Pegawai di Bappenas. Aku tidak tahu jabatannya. Tetapi ibuku bilang, dia punya jabatan cukup tinggi.”
“Hmm... Dia cantik, pekerjaan bagus, tapi kok dia mau kawin denganmu? Heran.”
Aku menelan liur. Nampaknya Rudy juga sudah merasa ada sesuatu yang tidak benar. Dia pandangi wajahku.
Rudy menyambung, “Kau, ganteng juga nggak. Heran-heran.”
Aku tersenyum pahit. Aku akui, aku memang tidak tampan dan itu pun sebenarnya merisaukanku juga.
“Kau tidak heran?” tanya Rudy.
“Ya heran juga sih.”
“Kau sudah periksa latar belakang perempuan itu?”
Aku pandangi wajah Rudy. Akhirnya peluangku tiba.
“Malam ini kau ikut aku. Temani aku ke rumah calonku itu.”
“Hah? Buat apa?” Rudy memandang heran.
“Dia ajak aku makan malam di sana. Ketemu dengan ayah dan ibunya. Nanti itu, baru akan aku cari tahu latar belakangnya.”
“Kau pergi sajalah sendiri.” Rudy kembali memetik gitar.
“Kamu kayak gak tahu aku. Aku segan. Aku butuh kamu temani aku. Kamu kan berani, mungkin kamu bantu aku kepo juga.”
“Kepo? Kepoin apa?”
“Tanyain lah hal-hal yang bisa ditanyain. Kamu kan berpengalaman dalam dunia percintaan. Pasti bisa bantu aku.”
Akhirnya, setelah lama aku bujuk, Rudy pun setuju.
***
Malam itu, walaupun aku sudah salin alamat dari ayahku, tetap saja aku tersesat. Aku sampai selepas Isya, bukannya selepas Maghrib. Aku lihat makanan sudah terhidang di atas meja, dan nampak sudah dingin. Mungkin perut Sarimah dan orang tuanya juga sudah lapar.
“Maafkan saya karena terlambat.”
“Gak apa-apa, masuklah,” kata seorang lelaki yang sebaya ayahku. Mungkin dia adalah ayah Sarimah dan calon ayah mertuaku.
“Ooo... Ini dia Salman. Ayahmu bilang kamu akan pulang lusa, kok cepat bener baliknya?” tegur seorang perempuan, yang aku yakin adalah ibu Sarimah.
“Ada yang harus diurus dulu di rumah,” balasku dan kemudian berkata, “Kenalkan ini kawan saya Rudy. Ibu dan ayah saya tidak bisa datang.”
Kemudian, Sarimah keluar dari dapur dan dia kelihatan sangat cantik. Tertegun aku dan aku sempat melihat wajah Rudy yang ikut tertegun.
“Beruntung kamu,” bisik Rudy.
Selepas makan, kami duduk di ruang tamu dan pada waktu itulah, aku lirik-lirik Rudy supaya mulai menjalankan rencananya.
“Kata Salman, ini pertama kali dia berjumpa dengan bapak dan ibu ya. Malah dengan Sarimah pun baru tadi ketemu.” kata Rudy, dan aku mulai berdebar-debar.
“Iya, ini pertama kalinya. Sebelumnya, kami lihat wajahnya dalam pass foto yang diberi oleh ibunya.” jawab ayah Sarimah.
Aku semakin berdebar-debar. Ibuku ngasih pass foto? Ah, sudah! Matilah aku!
“Tidak sangka, orang aslinya ganteng juga.” sambung ibu Sarimah.
Aku mulai merasa pipiku panas. Jarang sekali ada orang yang memuji aku tampan. Kalaupun ada, pasti ada maksudnya. Atau mungkin, ibu Sarimah hanya ingin menjaga perasaanku.
“Itulah saya heran. Karena Salman bilang, orangtuanya yang mengatur. Gak nyangka, zaman sekarang masih ada ya pernikahan yang diatur oleh orang tua. Apa rahasianya Pak?” Rudy memang tidak menunggu lama, terus saja dia bertanya sambil ketawa-ketawa kecil. Jadi, walaupun ini persoalan serius, tetapi ia nampak seperti bergurau.
“Tidak ada rahasia apa-apa. Emang Salman gak ngasih tahu kamu?”
Rudy memandangiku, kemudian dia pandangi ayah Sarimah dan menggeleng.
Lalu aku bilang, “Sebenarnya saya pun tidak tahu apa-apa.”
“Kamu tidak tanya ayah dan ibumu?”
Pada saat itulah, aku mulai merasa menyesal. Ya, aku tidak tanya pun kepada ayah dan ibuku mengapa beliau memilih Sarimah. Yang aku tahu, ibuku cuma tanya, “Mau ibu carikan kamu jodoh?” Aku pun menjawab, “Boleh.” Tiba-tiba, dua minggu kemudian, aku sudah bertunangan dan dalam satu bulan akan menikah. Itupun tunangan pakai uang ibuku. Memalukan betul.
“Saya tidak tanya.”
Ayah Sarimah mulai ketawa kecil.
“Begini, saya dan ayah kamu itu memang sudah lama kenal. Suatu hari, ngobrol-ngobrol di kedai kopi, kami bercerita tentang anak masing-masing, kemudian bercerita tentang jodoh, dan akhirnya, terus kepada rancangan mau menjodohkan anak masing-masing. Setelah itu, inilah yang terjadi,” jelas ayah Sarimah.
“Begitu saja Pak? Mudah sekali ya!” Rudy nampak terkejut, dan aku pun sebenarnya agak terkejut juga. Ya, mudah sekali ternyata.
Ibu dan ayah Sarimah hanya tersenyum lebar.
Ayahnya berkata, “Tidaklah semudah itu. Kami pun mau yang terbaik untuk anak bungsu kami. Kami pun mencari tahu latar belakang Salman.”
“Jadi Bapak tahu Salman ini menganggur dan tidak punya duit?” tanya Rudy, membuat aku geram tetapi dalam saat yang sama merasa sangat malu. Tiba-tiba aku berdoa supaya tubuhku menjadi kecil, supaya aku bisa menyembunyikan bukan saja muka, tetapi seluruh tubuhku di balik bantal.
“Tahu,” jawab ayah Sarimah sambil ketawa kecil lagi.
“Jadi?” Rudy bertanya sambil memutar tangan kanannya. Aku rasa, sebenarnya Rudy mau bilang, “Jadi, mengapa masih pilih Salman?” Mungkin karena tidak sampai hati, dia cuma pakai isyarat tangan saja. Ya, aku tahu betul sebab sudah lama aku kenal Rudy.
“Itulah yang diberitahu oleh ayahnya. Katanya, anak dia tidak tampan, tidak ada pekerjaan tetap, dan malah, bulan-bulan masih minta duit dari ibunya. Tetapi, dari situlah Bapak tahu, Salman ini akan menjadi suami yang baik.” Ayah Sarimah tidak lagi tersenyum, sebaliknya memandangku dengan wajah serius. Aku terus menunduk malu. Malunya aku. Rupanya mereka sudah tahu kalau aku ini masih minta duit selama berbulan-bulan kepada ibuku.
“Jadi?” Rudy sekali lagi menggerak-gerakkan tangannya.
“Ayahnya juga bilang, anaknya sering menelepon kampung, paling tidak dua kali seminggu. Dan, walaupun dia tidak punya pekerjaan tetap, kerjanya pun tidak menentu dengan gaji yang kecil, tetapi setiap kali mendapat gaji, ayahnya memberitahu, dia tidak pernah lupa memberikan sedikit kepada ibunya. Walaupun cuma dua ratus ribu. Jadi, bayangkan walaupun hampir tiap bulan dia kekurangan uang, tapi dia masih mau membantu orang tua. Itulah namanya tanggungjawab!”
Aku tertegun. Aku sebenarnya tidak menyangka ayahku menceritakan perkara itu juga kepada ayah Sarimah.
“Ooo... Tanggungjawab,” Hanya itu kata Rudy sambil mengangguk-angguk.
Ayah Sarimah menyambung perkataannya, “Tanggungjawab itu, bukan saat kita kaya saja. Tanggungjawab itu adalah sesuatu yang kita pegang disaat kita susah dan disaat kita senang. Lalu, dalam rumahtangga, tidak selamanya senang. Lebih banyak saat susahnya. Jadi, Bapak akan lega, karena tahu anak Bapak berada dalam tangan laki-laki yang bertanggungjawab.”
“Betul juga ya Pak. Lagi pula, Salman ini setahu saya dia tidak pernah lupa shalat dan tidak punya pacar, karena dia takut perempuan, hehe.” tambah Rudy yang membuat aku tersipu-sipu. Tidak kusangka Rudy memujiku.
“Shalat itulah perkara utama yang Bapak tanya kepada ayahnya, dan pacar pun Bapak tanya.” Ayah Sarimah kembali tertawa kecil.
“Susah mau cari orang seperti Bapak di zaman ini. Zaman sekarang, semua mau menantu kaya,” tambah Rudy lalu terlihat wajahnya tiba-tiba murung. Mungkin dia sedang bercerita tentang dirinya sendiri secara tidak sadar.
“Dulu, waktu Bapak menikahi ibu Sarimah, hidup Bapak pun susah. Bapak juga orang susah, cuma bekerja sebagai pembantu pejabat, sedangkan ibu Sarimah itu anak orang kaya di kampung. Alhamdulillah, keluarga istri Bapak termasuk yang terbuka. Lalu, kenapa Bapak tidak memberi peluang kepada orang yang susah, sedangkan Bapak dulu pun diberi peluang. Yang penting, dia susah bukan karena dia malas, tetapi karena memang belum rezeki. Beda sekali, orang malas dengan orang yang belum ada rezeki. Kalau susah karena duduk-duduk di rumah dan tidur berguling-guling, memang Bapak tidak akan terima,” jelas ayah Sarimah dengan panjang lebar.
Aku berasa mulai sedikit lega. Tidak kusangka, begitu pikiran ayah dan ibu Sarimah. Perlahan-lahan, perasaan maluku itu mulai berkurang. Perlahan-lahan juga, perasaan curigaku kepada Sarimah ikut berkurang.
“Anak Bapak hebat juga. Dia mau nurut kata Bapak. Zaman sekarang, biasanya semuanya sudah punya pacar,” kata Rudy. Aku tahu, Rudy juga sedang memasang umpan untuk mengetahui latar belakang Sarimah sekaligus. Aku kembali berdebar-debar.
“Alhamdulillah. Bapak sangat bersyukur diberi anak seperti Sarimah. Awalnya, Bapak khawatir juga, tetapi setelah satu minggu, Sarimah bilang setuju. Cuma Bapak tidak tahu apa yang membuat diadia setuju, mungkin Salman bisa tanya dia sendiri setelah menikah nanti,” kata ayah Sarimah, lalu dia, istrinya dan Rudy tertawa bersama. Tinggal aku dan Sarimah saja yang duduk diam-diam malu. Sempat aku melirik Sarimah, dan bertanya dalam hati, “Mengapa kamu mau dengan lelaki seperti aku?'
***
Alhamdulillah. Allah mudahkan usaha kami. Aku sudah sah menjadi suami Sarimah, dan setelah bersalaman dengan Sarimah, rasa gentar dan maluku kepada Sarimah mulai berkurang. Malah aku mulai memanggilnya, 'sayang'. Lalu setelah resepsi, aku dan Sarimah masuk ke dalam kamar, berdua-duan untuk pertama kalinya.
Dalam hati, masih kuingat pertanyaanku pada malam aku bertemu ayah dan ibu Sarimah. Kini pertanyaan dalam hati itu aku nyatakan dengan lidah, “Sayang, mengapa kamu setuju untuk menikah dengan laki-laki sepertiku? Laki-laki yang belum tentu masa depannya, dan mungkin juga membuat dirimu menderita.”
Tidak kusangka, pertanyaan melalui lidahku menjadi lebih panjang dan detil dari pertanyaan dalam hati.
Sarimah yang saat itu sedang duduk malu-malu, memandangku lalu mencium tanganku, dan berkata, “Ampuni Sarimah bang, ampuni Sarimah.”
Aku mulai berdebar-debar dan tidak enak hati.
“Ampuni apa sayang?”
“Sebab, Sarimah sebenarnya sempat curiga juga dengan Abang. Sarimah sempat tidak yakin dengan Abang. Malah Sarimah minta tolong kawan Sarimah, yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan Abang di kota supaya mencari tahu latar belakang Abang. Malah, Sarimah juga solat iskhtikarah hanya karena ragu-ragu kepada Abang.”
Debar jantungku kembali menurun. Rupanya, Sarimah lebih dulu mencari tahu latar belakangku? Malunya aku. Tetapi sekarang dia sudah jadi istriku, lalu aku angkat kepalanya dan kupandangi matanya.
“Abang ampunkan. Abang pun minta maaf, sebab Abang pun pernah juga berasa curiga kepadamu.”
Sarimah tersenyum. Bukan senyum manis biasa, tetapi senyuman seorang perempuan yang bahagia, dan senyuman itu sangat ajaib karena ikut membuat aku merasa bahagia. Mungkin inilah perasaan bahagia yang datang karena kita membahagiakan orang lain. Tetapi pertanyaanku tadi masih belum terjawab sepenuhnya.
“Jadi, apa kata kawanmu?” lanjutku ingin tahu. Aku risau, takut kawannya membicarakan yang tidak-tidak.
“Katanya, Abang ini tidak punya pekerjaan tetap. Motorpun pinjam punya teman, tapi katanya dia selalu melihat Abang membaca koran untuk mencari kerja, mengirim surat lamaran, dan selalu memeriksa kotak surat kalau-kalau ada surat lamaran yang dibalas. Maksudnya, Abang ini orang yang rajin berusaha. Katanya lagi, dia tidak pernah melihat Abang keluar dengan perempuan. Shalat pun pasti Abang berjamaah.”
Aku mulai tersipu malu. Takut ketahuan kalau aku tersipu, aku pun bertanya, “Tetapi orang secantik dirimu pasti banyak orang yang tertarik kan? Pasti banyak yang mau meminang dirimu, dan mungkin pasti juga yang ada sudah datang ke rumah untuk meminang.”
Sarimah sekali lagi tersenyum.
“Ya, memang banyak laki-laki yang mencoba dekat dengan Sarimah, tetapi Sarimah sangat takut. Sarimah ingat dengan kakak”
“Mengapa dengan kakak, sayang?” tanyaku segera.
Sarimah pun bercerita panjang lebar, dan aku baru tahu kalau kakaknya sudah meninggal. Kakak Sarimah dulu juga seorang perempuan cantik, dan banyak laki-laki yang meminangnya. Akhirnya, dia menikah dengan lelaki pilihan hatinya sendiri. Laki-laki yang tampan, berpendidikan tinggi, dan bekerja dengan gaji yang lumayan. Sayangnya, setelah satu tahun menikah, suami kakaknya mulai berubah karena belum juga mendapatkan anak. Dia mulai pulang terlambat, dan suka marah-marah.
Bahkan, suaminya sampai di PHK karena krisis ekonomi. Hidup mereka menjadi susah, dan suaminya juga semakin banyak berubah. Dia sudah tidak pulang berhari-hari, apabila pulang, hanya untuk meminta uang, marah-marah dan memukul istrinya. Kemudian terungkaplah bahwa selama ini suami kakaknya itu sudah memiliki perempuan lain. Lalu pada hari itu, dengan hati yang kusut, kakak Sarimah gagal mengendarai mobilnya hingga kecelakaan dan meninggal dunia. Diakhir ceritanya itu, aku langsung menggenggam tangan Sarimah erat-erat.
“Karena itulah, Sarimah takut kalau mau menerima laki-laki sembarangan dalam hidup Sarimah. Malahan, Sarimah juga sebenarnya sudah mengamanahkan ayah dan ibu untuk mencari laki-laki yang sesuai untuk Sarimah. Biar tidak kaya, biar tidak tampan, tetapi lelaki itu mampu membahagiakan hidup dengan kasih sayang dan mendamaikan hati dengan agama.”
Akhirnya, semuanya sudah jelas. Kenapa ayah dan ibu Sarimah memilih laki-laki sepertiku, dan mengapa Sarimah menerimaku dalam hidupnya. Genggaman tanganku semakin kuat.
“Abang... Tolong jaga Sarimah. Jaga dan mohon jangan lukai hati Sarimah. Mohon bang,” rayu Sarimah dan air matanya pun mulai menggenang, dan kemudian menetes di pipinya yang cantik. Aku segera menyeka air mata Sarimah.
“Abang bukanlah laki-laki terbaik, dan Abang tidak mampu berjanji menjadi suami yang terbaik untukmu. Abang cuma mampu berjanji, Abang berusaha menjadi laki-laki yang terbaik itu, dan berusaha menjadi suami yang terbaik untukmu,” kataku perlahan, dan Sarimah terus memelukku. Aku merasa, bahuku sudah basah dengan air mata Sarimah.
Langganan:
Postingan (Atom)